Wanita perlu belajar beladiri ? Mengapa tidak? Beladiri dengan segala jenisnya sudah ada dari jaman dahulu kala, bahkan pada jaman Rosul sudah terdapat beberapa wanita muslimah yang ikut berjihad mengangkat pedang, misalnya Ummu Athiyyah yang tujuh kali ikut perang pada masa Rosul, Nasibah Al Maziniyyah, menjadi srikandi pada perang Uhud, Arrobi? binti Muawwidz dan lain-lain. D iera awal Thifan Po Khan juga terdapat banyak pendekar muslimah, sebut saja misalnya Lulu Tan yang ahli dalam bermain selendang, pendekar-pendekar lainnya juga sering ikut dalam medan pertempuran bersama pendekar lainnya.
Jumlah pendekar wanita
memang tidak sebanyak pendekar laki-laki, baik di era dahulu maupun era
sekarang. Di era sekarang bisa kita lihat, misalnya data peserta di Olimpiade
Atlanta 1996, ada 26 negara peserta yang tidak mengirim atlet putri.Jumlah
negara tersebut berkurang pada Olimpiade Sydney 2000, yakni hanya sembilan
negara yang tidak menyertakan atlet putri. Di Sydney pula jumlah atlet putri
mencapai 4.063 orang atau 38,2 persen dari total jumlah atlet keseluruhan. Di
Athena 2004 kehadiran atlet putri bertambah menjadi 4.306 orang atau 40,7
persen dari total atlet yang ikut serta. Jumlah terbesar sepanjang sejarah.
Dari dari di atas secara umum menunjukkan bahwa memang jumlah pegiat olah raga
termasuk beladiri lebih diminati oleh pria dibandingkan wanita.
Mengapa hanya sedikit wanita yang menyukai beladiri? Menurut penelusuran penulis, belum ada
jawaban yang komprehensif terhadap permasalah ini. Mungkin salah satu hal yang
mendasar adalah karena wanita secara psikologis maupun fisiologis lebih
menyukai sesuatu yang halus, lembut, mengutamakan perasaan. Selain itu bagi
wanita muslimah, mereka mengalami kesulitan ketika akan mengikuti beladiri
karena terbatasnya beladiri khusus muslimah. Padahal dari segi manfaat,
beladiri selain untuk menjaga kesehatan, menambah stamina juga sangat berguna
untuk menjaga diri dari bahaya, karena menurut Catatan Tahunan Komnas
Perempuan, setiap tahun jumlah kekerasan kepada wanita selalu meningkat, tahun
2001 setidaknya terjadi 3.169 kasus dan pada tahun 2007 jumlah kasus meningkat
menjadi 25.522 kasus.
Untuk meningkatkan minat wanita
mempelajari beladiri, selain memberikan penyadaran tentang pentingnya beladiri,
juga perlu perubahan paradigma bahwa beladiri selalu identik dengan kekerasan.
Beladiri dapat merubah formatnya sesuai dengan kebutuhan orang yang
mempelajarinya, misalnya Thifan Po Khan, dari jaman awal sudah terdapat lanah
(tempat latihan) khusus wanita muslimah. Di dalam lanah ini, yang diajarkan
adalah beladiri Thifan Po Khan khusus muslimah, gerakan jurus, senam dan
lain-lain disesuaikan dengan karakteristik wanita, dengan metode ini maka akan
tercetak wanita yang ahli beladiri tetapi tetap memiliki sifat kelembutan
seorang wanita dan tidak merubah fisik wanita menjadi perkasa atau gagah
seperti pria.
sumber : Gokugen.Net , silatindonesia.com , Google Image
No comments:
Post a Comment